Sumatera Utara

Destination        Culture         Attraction       Activities         About  

Kepariwisataan Sumatera Utara

Industri dan Pertambangan

   
 
Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni industri besar, industri sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Pembagian itu lebih didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri yang bersangkutan. Jumlah industri besar yang ada di Sumut tahun 1998 mencapai 1.025 perusahaan.

Jumlah itu mengalami penurunan sekitar 7,32% jika dibandingkan tahun 1997, yang berjumlah 1.106 unit. Nilai output industri besar pada tahun 1997 mencapai lebih dari Rp 23 ribu milyar dengan nilai tambah sebesar Rp 3.563,65 milyar. Nilai tambah terbesar tahun 1998 pada industri makanan, minuman, dan tembakau, yaitu sebesar Rp 3.456,06 milyar, kemudian diikuti industri kimia sebesar Rp 1.643,73 milyar dan industri pengolahan lain sebesar Rp 2,96 milyar.

Jumlah aneka industri di Sumut sekitar 1.106 perusahaan dengan total tenaga kerja 180.803 jiwa. Hasil industri utama di Sumut berupa makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi dan kulit, perabot rumah tangga, kertas, kimia, barang dari bahan kimia, barang galian bukan logam dan logam dasar, barang dari logam, dan mesin. Hasil industri kecil berupa tenunan, sulaman, pakaian jadi, konveksi (garmen), makanan, alat pertanian, tas, dan sepatu.

Potensi industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan, seperti minyak kelapa sawit (CPO), rotan, kayu lapis, cramb rubber, dan sebagainya sangat potensial untuk dikembangkan lebih Ianjut. Selain itu, industri manufaktur dan elektronik juga akan menjadi potensi andalan Sumut jika ia dapat dikembangkan secara lebih modern dengan peralatan canggih.

Di sektor pertambangan, Sumut memiliki beberapa bahan tambang, seperti minyak dan gas bumi di daerah lepas pantai Selat Malaka, Pulau Nias, dan daerah perbatasan Sumatra Utara dengan Riau. Hasil tambang batu bara banyak terdapat di Kabupaten Langkat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Nias, dan dataran tinggi Karo. Sementara emas, perak, tembaga, dan seng banyak terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Asahan, Langkat, dan tanah Karo. Selain itu, Sumut memiliki bahan galian seperti andesit, pasir kuarsa, batu kali/koral, batu apung, pasir bangunan, granit, obsidin, koalin, marmer, dan batu kapur yang juga cukup potensial untuk dikembangkan.

Dalam dunia perdagangan, Sumut pada tahun 1997 telah mengimpor mesin, peralatan listrik, besi dan baja, bahan bakar mineral dan minyak, bahan kimia organik, dan barang-barang senyawa senilai US$ 977.292.752. Nilai ekspornya (1997) dengan komoditas utama berupa, lemak, minyak, malam, karet dan barang dari karet, kayu, aluminium, dan ikan seluruhnya berjumlah sekitar US$ 3.443.555.312.

Pada tahun 1998 volume ekspor Sumut mencapai 4.401.819 ton dan volume impor sebesar 958.374 ton. Ini berarti masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,92% dan 55,2%. Nilai ekspor Sumut pada tahun yang sama mencapai US$ 2.713,61 juta dan nilai impornya sebesar US$ 408,4 juta, sehingga surplus perdagangan Sumut tahun 1998 mencapai US$ 2.308,2 juta.

Komoditas andalan ekspor Sumut terutama berasal dari perikanan, industri hasil perkebunan, seperti minyak nabati dan pertanian hasil tanaman pangan. Yang telah disebutkan itu menjadi potensi ekonomi yang andal di Sumatra Utara. Kendala yang dihadapi sampai sekarang antara lain menyangkut investasi. Masalah investasi ini menjadi kendala yang sulit untuk dipecahkan apalagi dalam situasi krisis seperti yang masih dialami Indonesia saat ini. Persoalan investasi modal menjadi kendala yang cukup serius saat ini, termasuk dalam menarik investor asing.
 

Home     |         Destination     |         Culture     |        Attraction     |        Activities     |        About